Menjaga Keseimbangan Alam Dalam Islam
Nama : Rika Nurjanah
Npm : 1931090168
Assalamualaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh
Menjaga
Keseimbangan Alam Dalam Islam
Indonesia seringkali disebut dengan negeri hijau, karena kekayaan
alamnya yang melimpah ruah, begitu pula dengan adanya hutan belantara yang
cukup luas, dan menjadi salah satu pembangunan ekonomi yang dahsyat bagi keberlangsungan
roda pemerintahan ini. Manusia
selalu menginginkan kehidupan yang sejahtera. Secara sederhana kesejahteraan
manusia ditandai, misalnya dengan kesempatan mendapatkan udara segar, air
berkecukupan, makan cukup, pepohonan hijau, iklim bagus, dan segenap kebutuhan
mendasar yang semua itu bergantung pada kualitas lingkungan yang baik. Tetapi
sayangnya, manusia lupa bahwa kesejahteraan hidup itu bergantung pada kehendak
diri kita bersama. Manusia sebagai makhluk paling sempurna mendapatkan anugerah
pikiran, yang tidak dimiliki oleh makhluk lain di muka bumi. Pikiran manusia
itu mampu mengingat yang lalu, berpikir hari ini, dan membayangkan masa
depan. Tetapi, tidak disangka, berbagai
kerusakan lingkungan akibat kepunahan satwa liar atau pun penebangan hutan
sembarangan merupakan penanda bahwa kepedulian manusia terhadap keberdaan satwa
dan tumbuhan sangat rendah.
Alam merupakan karunia Allah yang harus kita jaga kelestariannya.
Kita harus bisa menjaga kelestarian alam agar dapat dinikmati oleh generasi
masa depan. Mengekploitasi alam secara berlebihan dapat menyababkan rusaknya
alam. Sebagai seorang muslim, kita harus menghindari tindakan itu untuk tetap
menjaga kelestarian alam yang merupakan karunia Allah SWT. Seperti yang di jelaskan dalam QS Al-A’raf
Ayat 58:
وَٱلْبَلَدُ ٱلطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهُۥ بِإِذْنِ رَبِّهِۦ
ۖ وَٱلَّذِى خَبُثَ لَا يَخْرُجُ إِلَّا نَكِدًا ۚ كَذَٰلِكَ نُصَرِّفُ
ٱلْءَايَٰتِ لِقَوْمٍ يَشْكُرُونَ
“Dan
tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah
yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami
mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur”.
Tetapi
Saat ini kita masih sering mendengar berita tentang kerusakan hutan, yang mengakibatkan rusaknya ekosistem serta
berkurangnya pepohonan dihutan. Padahal mereka tahu bahwa hutan adalah
paru-paru dunia, bagaimana jadinya dunia ini tanpa adanya hutan. Hutan tak
berarti apa-apa tanpa adanya pohon, begitupula kehidupan hewan dihutan tidak
akan berjalan tanpa adanya pohon. Pohon tidak hanya bermanfaat untuk kehidupan
manusia saja tetapi juga sangat bermanfaat bagi kehidupan yang ada di hutan
sana. Mereka (hewan) berlindung dari
hujan dan terik panasnya matahari dan mencari makanan dari tanaman yang ada
dihutan. Tetapi masih banyak saja oknum yang tidak bertanggug jawab dengan
menebang pohon secara liar dan membakar hutan baik disengaja ataupun tidak
disengaja (membuang puntungan rokok). Kebakaran
hutan dan lahan di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan beberapa waktu lalu telah
mengakibatkan penderitaan dan kerugian yang begitu besar. Kabut asap membuat
kualitas udara memburuk dan mengancam kesehatan. Dikabarkan, hampir satu juta
orang menderita penyakit karena asap. Lebih tepatnya, menurut data BNPB, hingga
September, tercatat ada 919.516 orang menderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) akibat terpapar kabut asap (Kompas.com, 23/9/2019).
Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) memiliki data dampak kebakaran hutan di Kalimantan
pada 1998. Hasilnya, 90% jumlah pohon per hektar atau mencapai 240 pohon mati
akibat kebakaran. Mengacu kebakaran tersebut, bisa saja kebakaran hutan dan
lahan 2019 ini berpotensi menyebabkan 95% jenis tumbuhan terbakar dan mengalami
kekeringan.
Menurut saya penyebab kebakaran
tersebut pasti ulah manusia serakah yang hendak membuka lahan baru, kebakaran
hutan adalah hukuman nyata Tuhan bagi mereka yang serakah, harusnya hukuman
bagi mereka yang terbukti membakar hutan dengan sengaja adalah hukuman kurungan
seumur hidup Kebakaran hutan bukan bencana alam tetapi bencana rancangan
manusia. Kebakaran hutan dan lahan tak lain
adalah karena ulah tangan manusia sendiri. Ketika kerusakan tersebut
mengakibatkan bencana dan kerugian yang besar, kita baru sadar betapa
pentingnya merawat dan menjaga alam. Padahal, Allah Swt sudah memberi
peringatan dalam QS Ar-Ruum [30]: 41-42):
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ
وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي
عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُون َ قُلْ سِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ
كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلُ كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُشْرِكِينَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada
mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar). Katakanlah: “Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang-orang yang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah
orang-orang yang mempersekutukan (Allah)”.
Ada Beberapa cara yang cara yang
dapat dilakukan untuk mencegah atau menanggulangi kebakaran hutan antara lain:
- Memperhatikan wilayah hutan dengan titik api yang cukup tinggi yang dapat memicu terjadinya kebakaran hutan. Wilayah titik api ini harus diperhatikan ketika kemarau panjang terjadi.
- Tidak membuka lahan atau perkebunan dengan cara membakar hutan.
- Tidak membuang puntung rokok secara sembarangan di hutan.
- Tidak meninggalkan api unggun dalam hutan. Api unggun harus dipadamkan terlebih dahulu jika ingin meninggalkan hutan.
- Melakukan patroli hutan secara berkala untuk mengecek kondisi hutan.
Semoga bermanfaat. Wassalamualaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh
Komentar
Posting Komentar